Minggu, 29 Juli 2012

Berusahalah Agar Dia Tersenyum?


Dalam salah satu lagu hits-nya, Ebiet G. Ade menghimbau begini: "... berusahalah agar Dia tersenyum."

Apakah artinya himbauan itu bagi kita sebagai orang-orang Kristen? Apakah kita memang perlu berusaha agar Tuhan tersenyum kepada kita? Banyak orang Kristen (dan tidak sedikit di antaranya adalah para pelayan/pemimpin kerohanian) yang, sebenarnya dengan maksud yang baik, akan memberikan jawaban yang positif terhadap pertanyaan itu. Tapi tahukah Anda bahwa orang Kristen semestinya tidak mengikuti himbauan itu (berusaha agar Tuhan tersenyum kepada kita)? Mengapa? Sebab gagasan yang terdapat di dalamnya sesungguhnya tidak sesuai dengan ajaran Kristen yang mendasarkan diri pada Injil Yesus Kristus.

Jangan salah paham dulu dengan saya. Tidak ada sedikitpun maksud saya untuk mangatakan bahwa himbauan itu sendiri adalah sesuatu yang buruk secara moral. Tentunya bukan demikian. Himbauan itu adalah sesuatu yang sangat baik bila ditinjau dari sisi kemanusian secara umum. Hanya kalau ditinjau dari sisi ajaran Kristenlah himbauan yang demikian itu sudah tidak tepat lagi (untuk diikuti oleh kita orang-orang Kristen).

Mungkin ada yang akan mengajukan keberatan sebagai berikut: Mengapa himbauan yang baik itu tidak disambut dan dianjurkan saja kepada orang-orang Kristen? Mengapa seolah-olah mau menjelekkan sesuatu yang baik? Bukankah kalau semua orang Kristen bersedia mengikuti himbauan itu kehidupan mereka akan menjadi jauh lebih baik lagi dari yang sekarang ini? Sebab dengan mengikuti himbauan itu orang-orang Kristen pastilah akan terhindar dari melakukan hal-hal yang buruk, yang tidak baik, yaitu semua perbuatan yang tidak menyenangkan Tuhan.

Ya, saya tentu saja telah mempertimbangkan hal-hal itu sebelumnya. Tapi terus terang karena sudah cukup banyak melihat sendiri contoh2 nyata di gereja2 (dan lembaga2 Kristen lainnya) di mana gagasan yg seperti itu diterapkan (umat terus-menerus dianjurkan untuk berusaha agar Tuhan tersenyum kepada mereka) dan hasilnya bisa dibilang sangat mengecewakan (sebab yang dihasilkan kalau bukan orang2 Kristen yang tertekan maka hanyalah orang2 Kristen yang munafik dan sombong rohani belaka), saya sudah tidak mempercayai cara itu lagi. Tapi sekalipun kita andaikan bahwa cara itu ternyata berhasil untuk membuat orang2 Kristen menjadi orang2 yang lebih baik dalam kehidupannya hal itu tetap tidak baik (bahkan destruktif) bagi kekristenan, sebab itu akan membengkokkan kekristenan dari ajaran yang sejatinya.

Menurut ajaran Kristen (=menurut Injil Yesus Kristus) semua manusia sudah berdosa dan tidak ada satu orang pun yang dengan perbuatannya bisa membuat Tuhan senang/berkenan kepada dirinya. Hanya perbuatan satu orang saja, yaitu Yesus Kristus, yang bisa membuat Allah berkenan kepada diri-Nya. Dan hanya dengan perbuatan-Nya saja jugalah(yaitu perbuatan penebusan yang telah dilakukan-Nya di atas Salib) Tuhan menjadi berkenan kepada kita. Jadi dengan kata lain untuk membuat Tuhan senang/berkenan kepada kita hanya ada satu cara yaitu dengan mengandalkan/mempercayai perbuatan Yesus di Salib untuk kita, dan bukan dengan melakukan sesuatu apapun yang lainnya yang dikira bisa membuat Tuhan (lebih) senang/berkenan kepada kita. Dan hal itu bukan hanya berlaku pada awal penerimaan keselamatan kita saja, tetapi untuk seterusnya dan selamanya kelayakan kita di hadapan Allah adalah bergantung pada perbuatan (karya/pengorbanan) Yesus Kristus (yang sudah selesai) di atas Salib-Nya itu semata.

Karena itu bagi kita orang Kristen keadaan "Tuhan tersenyum" kepada kita adalah sebuah kabar baik (injil), yaitu suatu keadaan permanen yang sudah menjadi bagian kita di dalam Yesus Kristus, dan  bukanlah sesuatu yang mesti kita usahakan lagi.(Masih belum 'ngeh'? Sharing nyok...!).


[Image]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar